the GOD babe

Posted On Maret 15, 2010

Disimpan dalam Psikologi Anak Khusus

Comments Dropped leave a response

RIYO, cowok pintar lulusan fakultas hukum universitas terkenal, kaget setengah mati saat bangun tidur dan menemukan FLORA (OLA) berada diranjangnya. OLA lebih panik dan mengira ia sudah diculik dan diperkosa oleh cowok yang tidak dikenalnya. OLA cepat berlari pulang dengan bingung

Di kantornya, RIYO bertemu dengan FAUZAN (OJAN), ROBIN (ODING) dan FAUZI (OJI) yang ternyata adalah abang – abang OLA. RIYO membantah telah meniduri OLA, akibatnya RIYO kembali dihajar habis – habisan

MAT JAGO (Ayah OLA), mafia betawi geram mendengar cerita dari ketiga abang OLA kalo OLA sudah berhubungan intim dengan cowok yang nggak dikenal. Ia memaksa RIYO menikahi OLA. OLA terpaksa setuju usul RIYO untuk periksa ke dokter. Alangkah kagetnya RIYO dan OLA , ternyata OLA masih perawaan, itu artinya, malam itu tidak terjadi apa – apa

Orang tua RIYO kebingungan ketika mendadak RIYO meminta mereka melamar OLA. Selama ini mereka mengenal MERCY sebagai pacar RIYO. Mercy mengamuk mendengar RIYO mau menikahi OLA. Ia menemui OLA dan menghina OLA sebagai cewek penggoda. OLA ngga peduli, ia malah bertekad mau mendapatkan RIYO.

Siapakah yang akhirnya dinikahi oleh RIYO?

sumber :http://www.21cineplex.com/the-god-babe,movie,2253.htm

Down-Syndrom

Posted On Maret 14, 2010

Disimpan dalam Psikologi Anak Khusus

Comments Dropped leave a response

Down-Syndrom
Implikasi medis terbesar yang terkait dengan kromosom 21 adalah
sindroma Down. Sindroma Down diderita paling sedikit 300 ribu anak di
seluruh Indonesia dan 8 juta manusia diseluruh dunia. Satu dari 700 anak
yang dilahirkan memiliki kemungkinan menderita sindroma Down.
Sebagaimana yang telah banyak diketahui sindroma Down bukan
merupakan penyakit genetik yang diturunkan tetapi disebabkan
kromosom 21 memiliki 3 kembaran (copy), berbeda dengan kromosom
normal yang hanya memiliki 2 kembaran (Gambar 2). Kesalahan
penggandaan tersebut berkorelasi erat dengan umur wanita saat
mengandung. Semakin tua maka semakin besar kemungkinan untuk
mendapatkan anak yang menderita sindroma Down. Kesalahan
penggandaan tersebut menyebabkan munculnya kelambatan mental
(Mental Retardation) yang merupakan ciri utama penderita sindroma
Down. Selain itu penderita seringkali harus menderita juga penyakit
jantung bawaan, perkembangan tubuh yang abnormal, dysmorphic,
Alzheimer semasa muda, leukemia tertentu (childhood leukaemia),
defisiensi sistem pertahanan tubuh, serta berbagai problem kesehatan
lainnya.
6
Gambar 2. Triplikasi Kromosom 21 yang menyebabkan sindroma Down
(Reeves, 2000)
Data yang diperoleh dari penelitian yang menggunakan tikus transgenik
memperlihatkan bahwa hanya beberapa gen dalam kromosom 21 yang diduga
menyebabkan munculnya fenotipik sindroma Down. Para peneliti hingga saat ini
masih mengalami kesulitan untuk menentukan gen-gen apa saja yang merupakan
kandidat munculnya fenotipik sindroma Down pada manusia. Meskipun demikian
diketahui beberapa produk gen tertentu lebih sentitif dibanding produk gen
lainnya jika terjadi ketidakimbangan gen di dalam sel. Produk-produk tersebut
diantaranya morfogen, molekul adhesi sel, komponen protein multi-subunit, ligan
dan reseptornya, regulator transkripsi dan transporter. Identifikasi gen penyebab
munculnya fenotipik sindroma Down akan semakin terbuka di masa yang akan
7
datang dengan semakin lengkapnya katalog gen yang didapatkan dari proyek
genom manusia. Selain berakibat negatif, peningkatan dosis gen pada penderita
sindroma Down ternyata juga menimbulkan efek positif. Kemungkinan penderita
mendapatkan berbagai jenis tumor (Solid Tumours) jauh lebih rendah dibanding
individu normal. Peningkatan jumlah beberapa gen di kromosom 21 diduga
merupakan penyebab terlindunginya individu penderita sindroma Down dari
tumor-tumor tersebut.
Jumlah gen yang relatif rendah pada kromosom 21 konsisten dengan
pengamatan bahwa trisomi 21 merupakan satu-satunya kesalahan penggandaan
kromosom yang tidak menyebabkan kematian. Katalog gen kromosom 21
membuka kesempatan emas untuk memecahkan dasar-dasar molekuler sindroma
Down serta kemungkinan untuk menyembuhkan penyakit tersebut.
3.

sumber : http://www.fk.unair.ac.id/attachments/532_Karya%20Ilmiah%20-%20DownSyn_TrpGen.pdf

Terapi sindroma Down

Posted On Maret 14, 2010

Disimpan dalam Psikologi Anak Khusus

Comments Dropped leave a response

TERAPI GEN : HARAPAN UNTUK MENYEMBUHKAN SINDROMA
DOWN
Terapi sindroma Down hingga saat ini hanya dilakukan terhadap gejala
yang telah muncul. Terapi konvensional semacam itu tidak akan pernah mengatasi
penderitaan pasien sindroma Down secara tuntas. Ketidakimbangan gen dan
ekspresinya akibat triplikasi kromosom 21 akan terus berlangsung sepanjang
hidup pasien. Ketidakimbangan tersebut akan menyebabkan kekacauan fungsi
produk-produk gen yang sensitif yang kemudian muncul dalam ujud fenotipik
khas sindroma Down. Jika demikian sudah hilangkah harapan penderita untuk
hidup dengan normal sebagaimana anggota masyarakat lainnya? Jika jawabannya
tidak, adakah alternatif lain terapi untuk sindroma Down?
Harapan ditaruh ke teknologi terbaru yang dikenal dengan terapi gen.
Terapi gen merupakan pengobatan atau pencegahan penyakit melalui transfer
bahan genetik ke tubuh pasien. Dengan demikian melalui terapi gen bukan gejala
yang diobati tetapi penyebab munculnya gejala penyakit tersebut. Studi klinis
terapi gen pertama kali dilakukan pada tahun 1990. Kontroversi terhadap terapi
gen menjadi mengemuka ketika terjadi peristiwa kematian pasien setelah
8
menjalani terapi gen pada bulan September 1999 di University of Pennsylvania,
AS.
Terlepas dari kegagalan tersebut, terapi gen merupakan sistem terapi baru
yang menjanjikan banyak harapan. Beberapa pelajaran dan kegagalan-kegagalan
yang diperoleh selama dekade pertama serta pesatnya perkembangan bidang
tersebut saat ini membuka kemungkinan teknologi tersebut akan merevolusi dunia
kedokteran di dekade mendatang. Seluruh uji klinis transfer gen hanya dilakukan
terhadap sel-sel somatik bukan ke sperma atau ovum yang jika dilakukan pasti
akan menimbulkan kecaman dan pelanggaran etika yang dianut saat ini. Transfer
gen ke sel somatik dapat dilakukan melalui dua metode yaitu ex vivo atau in vitro.
Melalui pendekatan ex vivo, sel diambil dari tubuh pasien, direkayasa secara
genetik dan dimasukkan kembali ke tubuh pasien. Keunggulan metode ini adalah
transfer gen menjadi lebih efisien dan sel terekayasa mampu membelah dengan
baik dan menghasilkan produk sasaran. Kelemahannya, yaitu memunculkan
immunogenisitas sel pada pasien-pasien yang peka, biaya lebih mahal dan sel
terekayasa sulit dikontrol.
Seluruh uji klinis terapi gen saat ini menggunakan teknik in vivo, yaitu
transfer langsung gen target ke tubuh pasien dengan menggunakan pengemban
(vektor). Pengemban yang paling sering dipakai untuk mengantarkan gen asing ke
tubuh pasien adalah Adenovirus. Selain itu dikembangkan juga pengembanpengemban
lain yaitu Retrovirus, Lentivirus, Adeno-associated virus, DNA
telanjang (naked DNA), lipida kationik dan partikel DNA terkondensasi. Uji-uji
klinis terapi gen yang saat ini sedang berjalan dilakukan terhadap penderita
kanker, penyakit monogenik turunan, penyakit infeksi, penyakit kardiovaskular,
arthritis reumatoid, serta Cubital Tunnel Syndrome.
Apakah sindroma Down dapat diobati melalui terapi gen? Penulis optimis
pada beberapa tahun mendatang terapi gen dapat dilakukan juga terhadap
penderita sindroma Down, paling tidak pada tahapan uji klinis. Sebagaimana telah
diuraikan di depan, sindroma Down disebabkan ketidakimbangan gen akibat
kesalahan penggandaan pada kromosom 21. Kajian sangat intensif saat ini sedang
dikerjakan di banyak lembaga riset terkemuka di dunia. Dalam beberapa tahun
9
mendatang diharapkan dasar molekuler sindroma Down akan tersingkap. Dengan
tersingkapnya hal itu maka pendekatan terapi gen untuk mengatasi penyakit
tersebut dapat dikembangkan, misalnya dengan mengubah gen-gen yang
ekspresinya menyebabkan kerusakan, atau membuat gen-gen tertentu lebih
resisten terhadap ketidakimbangan gen yang terdapat dalam sel
Dengan berhasil dipetakannya kromosom 21 maka harapan kesana
semakin terbuka lebar. Semoga saja impian tersebut dapat segera terwujud yang
akan menjadi hadiah terbesar bagi penderita sindroma Down dan keluarga terkait.
Sungguh kita berharap itu semua akan terjadi.

sumber :http://www.fk.unair.ac.id/attachments/532_Karya%20Ilmiah%20-%20DownSyn_TrpGen.pdf

Terapi Biomedik

Posted On Maret 14, 2010

Disimpan dalam Psikologi Anak Khusus

Comments Dropped leave a response

Akhir-akhir ini terapi biomedik banyak diterapkan pada anak dengan ASD. Hal ini didasarkan atas penemuan-penemuan para pakar, bahwa pada anak-anak ini terdapat banyak gangguan metabolisme dalam tubuhnya yang mempengaruhi susunan saraf pusat sedemikian rupa, sehingga fungsi otak terganggu. Gangguan tersebut bisa memperberat gejala autisme yang sudah ada, atau bahkan bisa juga bekerja sebagai pencetus dari timbulnya gejala autisme.

Yang sering ditemukan adalah adanya multiple food allergy, gangguan pencernaan, peradangan dinding usus, adanya exomorphin dalam otak (yang terjadi dari casein dan gluten), gangguan keseimbangan mineral tubuh, dan keracunan logam berat seperti timbal hitam (Pb), merkuri (Hg), Arsen (As), Cadmium (Cd) dan Antimoni (Sb). Logam-logam berat diatas semuanya berupa racun otak yang kuat.

Yang dimaksud dengan terapi biomedik adalah mencari semua gangguan tersebut diatas dan bila ditemukan, maka harus diperbaiki , dengan demikian diharapkan bahwa fungsi susunan saraf pusat bisa bekerja dengan lebih baik sehingga gejala-gejala autisme berkurang atau bahkan menghilang.

Pemeriksaan yang dilakukan biasanya adalah pemeriksaan laboratorik yang meliputi pemeriksaan darah, urin, rambut dan feses. Juga pemeriksaan colonoscopy dilakukan bila ada indikasi.

Terapi biomedik tidak menggantikan terapi-terapi yang telah ada, seperti terapi perilaku, wicara, okupasi dan integrasi sensoris. Terapi biomedik melengkapi terapi yang telah ada dengan memperbaiki “dari dalam”. Dengan demikian diharapkan bahwa perbaikan akan lebih cepat terjadi.

sumber : http://www.autis.info/index.php/terapi-autisme/terapi-biomedik

Parameter Apakah Yang Dapat Membantu Authis

Posted On Maret 13, 2010

Disimpan dalam Psikologi Anak Khusus

Comments Dropped leave a response

NO EVALUASI A B C
Akademis
1 Berhitung 1-10, 1-20 baik dengan atau tanpa papan, irama dan dan ketukan wajar, maju dan mundur
2 Mampu mengidentifikasi dan menulis angka
3 Mengenal semua bentuk dengan cepat
4 Mengenal warna dengan cepat
5 Mampu mengenal semua bentuk huruf dengan cepat
6 Mampu mendeskripsikan suatu topik tunggal / sederhana
7 Mampu menggambarkan sederhana
8 Mampu mengingat 2-3 digit, membedakan benda yang sejenis
9 Mampu memilih obyek dan gambar yang hampir sama
10 Mampu mengenal simbol-simbol sederhana
11 Bahasa yang dia pakai dapat kita mengerti atau sebaliknya
12 Mampu membedakan arak kiri, kanan, atas, dan bawah
13 Memberikan jumlah yang kita minta antara 1-9
Ketrampilan sosial dan tingkah laku
1 Prilaku kontrol diri dalam lingkungan
2 Kontak mata
3 Perhatian dan Konsentrasi
4 Kemampuan Mendengarkan
5 Diam dan Menunggu
6 Berbagi giliran dengan teman
7 Berkunjung ( Visiting)
8 Mengirim Pesan sederhana
9 Menjawab Pertanyaan sederhana yang berhubungan dengan identitas dirinya
10 Merespon perintah sederhana yang familiar dan sering digunakan dalam aktivitas sehari- hari
11 Mengenal orang dan tempat yang familiar
Keterampilan Berkomunikasi
1 Kemampuan dasar berinisiatif
2 Mampu mengekspresikan kebutuhan-kebutuhan dasar anak
3 Menyatakan ya atau tidak yang berhubungan dengan pribadi anak
4 Kemampuan memilih
Pelaksanaan Aktivitas sehari-hari
1 Toilet raining
2 Makan dengan sendok dan garpu
3 Mampu memakai celana, jaket, baju, sepatu tanpa bantuan
4 Mengancingkan baju
5 Merawat dan memperhatikan barang sendiri
6 Mandi dan menggosok gigi

Keterangan:
A: Mampu / Mandiri/ excellent
B: di arahkan/ dibantu minimal
C: di bantu penuh

Jika anak kita (Autis) menguasai ketrampilan antara
– A = 25 < 34 Termasuk anak yang ringan (mild)/High Function
– A = 15 < 24 Termasuk anak yang sedang/sedang (Severed)
– A Kurang dari 15 Termasuk anak yang berat (Low Function)

Dengan parameter diatas kita akan mampu mengidentifikasi anak-anak dengan lebih akurat, bukan menitik beratkan pada berat dan ringan kondisi anak, akan tetapi untuk memudahkan pihak-pihak yang bersangkutan dan orang tua agar mengerti apa yang harus dilakukan, guru mampu membuat program dengan akurat untuk anak, lembaga dapat menyeleksi anak sesuai kapasitas dan kebutuhan. Anak-anak autis ringan seperti: asperger, ADHD, ADD, memungkinkan untuk di intergrasikan penuh dengan anak normal karena biasanya anak- anak ini memiliki kecerdasan dan kemampuan yang cukup.

Untuk mengintegrasikan anak ini ada hal-hal lain yang dapat dijadikan pertimbangan:

* Seberapa besar gangguan/kekacauan yang dapat timbul karena anak autis ini.
* Berapa persentase dari kurikulum yang dapat digunakan dan dijangkau oleh anak autis.
* Seberapa siap tenaga ahli/guru menangani dan mengelola kelas yang di dalamnya terdapat anak autis

sumber : http://www.autis.info/index.php/artikel-makalah/makalah/151-penanganan-masalah-belajar-anak-autisme-melalui-pendidikan-integrasi

Sekolah yang menerima Autis

Posted On Maret 13, 2010

Disimpan dalam Psikologi Anak Khusus

Comments Dropped leave a response

Beberapa lembaga pendidikan (sekolah) yang selama ini menerima anak autis adalah sebagai berikut;

* Anak Autis di sekolah Normal dengan Integrasi penuh
* Anak Autis di sekolah Khusus
* Anak Autis di SLB
* Anak Autis hanya menjalani terapi.

Mitos mengenai penyandang autis

Posted On Maret 13, 2010

Disimpan dalam Psikologi Anak Khusus

Comments Dropped leave a response

Mitos-1 : Anak dengan kelainan autisme tidak pernah memandang mata lawan bicara-nya.

Banyak anak penyandang autisme ternyata dapat melakukan kontak mata tapi kontak mata tersebut mungkin dilakukan dalam jangka waktu yang lebih singkat dan sedikit berbeda dengan anak anak yang normal. Banyak diantaranya dapat bertatap muka, tersenyum dan meng-ekspresikan komunikasi non-verbal (bahasa tubuh) dengan baik.

Mitos-2 : Anak dengan kelainan autisme adalah anak jenius

Mitos yang menyatakan didalam anak penyandang autis tersembunyi kemampuan jenius mungkin dapat terjadi karena berbedanya kemampuan yang di-tunjukkan oleh anak penyandang autisme. Mereka dapat menunjukkan kemampuan fisik yang baik tetapi tidak dapat berbicara. Seorang anak autis dapat mengingat tanggal ulang tahun dari semua teman sekelasnya akan tetapi mengalami kesulitan kapan harus menggunakan kata ‘kamu’ atau ‘saya’. Anak autis dapat membaca dengan artikulasi yang baik tetapi tidak dapat mengerti apa yang baru mereka baca. Anak autis dapat mempunyai IQ yang sangat tinggi. Sebagian besar anak autis menunjukkan keterlambatan dalam beberapa hal yang menggunakan ataupun memerlukan proses mental. Persentasi anak autis yang mempunyai intelegensi diatas normal ataupun dibawah normal adalah sangat kecil.

Mitos-3 : Anak dengan kelainan autisme tidak berbicara

Banyak anak penyandang autis dapat mempunyai kemampuan berbahasa dengan baik. Sebagian besar dari mereka dapat berkomunikasi dengan menggunakan simbol, gambar, komputer ataupun peralatan elektronik.

Mitos-4 : Anak dengan kelainan autisme tidak dapat menunjukkan kasih sayang

Barangkali mitos yang paling berlebihan adalah menganggap anak penyandang autisme tidak dapat menerima ataupun memberikan kasih sayang. Kita mengetahui bahwa stimulasi sensor anak autis diproses dengan cara yang berbeda dengan anak normal sehingga mengakibatkan anak autis mengalami kesulitan dalam meng-ekspresikan kasih sayang dengan cara yang lazim dilakukan oleh anak normal. Anak autis dapat memberikan dan menerima kasih sayang dengan cara mereka sendiri, kadangkala anggota keluarga ataupun teman mereka harus sabar menunggu dan belajar untuk dapat mengerti dan menghargai kemampuan anak autis yang terbatas dalam berhubungan dengan orang lain.

Mitos – mitos lainnya :

* Autisme adalah akibat salah asuhan orang tua
* Anak autis adalah anak yang tidak disiplin dan tidak dapat diatur dan ini hanyalah kelainan perilaku.
* Kebanyakan orang autis berpendidikan dan ahli terkemuka dalam bidang ilmu pengetahuan dan bidang lainnya seperti digambarkan dengan sangat bagus dalam film ‘Rain Man’ yang diperankan oleh Dustin Hoffman.
* Anak autis adalah anak anak tanpa perasaan dan emosi
* Anak autis tidak menyukai daya tarik fisik
* Anak autis tidak tersenyum
* Anak Autis tidak menginginkan teman
* Anak autis dapat berbicara jika mereka mau
* Autisme adalah ketidak mampuan emosional

(*mitos = dongeng, cerita yang di-buat buat)

sumber :http://puterakembara.org/ciri.shtml

ciri-ciri anak autis

Posted On Maret 13, 2010

Disimpan dalam Psikologi Anak Khusus

Comments Dropped leave a response

Sejauh ini tidak ditemukan tes klinis yang dapat mendiagnosa langsung autisme. Diagnosa yang paling tepat adalah dengan cara seksama mengamati perlilaku anak dalam berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat perkembangannya. Dikarenakan banyaknya perilaku autisme juga disebabkan oleh adanya kelainan kelainan lain (bukan autis) sehingga tes klinis dapat pula dilakukan untuk memastikan kemungkinan adanya penyebab lain tersebut.

Karena karakteristik dari penyandang autisme ini banyak sekali ragamnya sehingga cara diagnosa yang paling ideal adalah dengan memeriksakan anak pada beberapa tim dokter ahli seperti ahli neurologis, ahli psikologi anak, ahli penyakit anak, ahli terapi bahasa, ahli pengajar dan ahli profesional lainnya dibidang autisme. Dokter ahli / praktisi profesional yang hanya mempunyai sedikit pengetahuan / training mengenai autisme akan mengalami kesulitan dalam men-diagnosa autisme. Kadang kadang dokter ahli / praktisi profesional keliru melakukan diagnosa dan tidak melibatkan orang tua sewaktu melakukan diagnosa. Kesulitan dalam pemahaman autisme dapat menjurus pada kesalahan dalam memberikan pelayanan kepada penyandang autisme yang secara umum sangat memerlukan perhatian yang khusus dan rumit.

Hasil pengamatan sesaat belumlah dapat disimpulkan sebagai hasil mutlak dari kemampuan dan perilaku seorang anak. Masukkan dari orang tua mengenai kronologi perkembangan anak adalah hal terpenting dalam menentukan keakuratan hasil diagnosa. Secara sekilas, penyandang autis dapat terlihat seperti anak dengan keterbelakangan mental, kelainan perilaku, gangguan pendengaran atau bahkan berperilaku aneh dan nyentrik. Yang lebih menyulitkan lagi adalah semua gejala tersebut diatas dapat timbul secara bersamaan.

Karenanya sangatlah penting untuk membedakan antara autisme dengan yang lainnya sehingga diagnosa yang akurat dan penanganan sedini mungkin dapat dilakukan untuk menentukan terapi yang tepat.

Seperti apakah anak yang terkena autisme?
Sejak lahir sampai dengan umur 24 – 30 bulan anak anak yang terkena autisme umumnya terlihat normal. Setelah itu orang tua mulai melihat perubahan seperti keterlambatan berbicara, bermain dan berteman (bersosialisasi). Autisme adalah kombinasi dari beberapa kelainan perkembangan otak. Kemampuan dan perilaku dibawah ini adalah beberapa kelainan yang disebabkan oleh autisme.

Komunikasi:
Kemampuan berbahasa mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak dapat berbicara. Menggunakan kata kata tanpa menghubungkannya dengan arti yang lazim digunakan. Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam waktu singkat.

Bersosialisasi (berteman)
Lebih banyak menghabiskan waktunya sendiri daripada dengan orang lain. Tidak tertarik untuk berteman. Tidak bereaksi terhadap isyarat isyarat dalam bersosialisasi atau berteman seperti misalnya tidak menatap mata lawan bicaranya atau tersenyum.

Kelainan penginderaan
Sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan sampai berat.

Bermain
Tidak spontan / reflek dan tidak dapat berimajinasi dalam bermain. Tidak dapat meniru tindakan temannya dan tidak dapat memulai permainan yang bersifat pura pura.

Perilaku
Dapat menjadi sangat hiperaktif atau sangat pasif (pendiam). Marah tanpa alasan yang masuk akal. Amat sangat menaruh perhatian pada satu benda, ide, aktifitas ataupun orang. Tidak dapat menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif ke orang lain atau dirinya sendiri. Seringkali sulit mengubah rutinitas sehari hari. kembali keatas

sumber :http://puterakembara.org/ciri.shtml

kiamat tahun 2013

Posted On Maret 10, 2010

Disimpan dalam Psikologi Anak Khusus

Comments Dropped leave a response

LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) memperkirakan puncak siklus badai matahari bukan terjadi pada 2012. Peristiwa yang kerap dihubungkan dengan ‘hari kiamat’ itu bakal terjadi pada Oktober 2013.
Demikian disampaikan Kepala Bidang Aplikasi Geomagnet dan Magnet Antarika Lapan Clara Yono Yantini pada sosialisasi mengenai Fenomena Cuaca Antariksa 2012 hingga 2015 di Kampus Universitas Udayana, Jl Sudirman, Denpasar, Selasa (9/3/2010). Sosialisasi ini dihadiri puluhan ilmuwan dari Asia Tenggara, Jepang dan Rusia.
Perkiraan ini berbeda dengan isu kiamat 2012 yang diramalkan Suku Maya. Masyarakat pun banyak menghubungjan antara badai matahari tersebut dengan isu kiamat 2012.
“Siklus matahari terjadi pada rentang waktu 2010-2015. Puncak siklusnya, menurut perkiraan Lapan, terjadi pada bulan Oktober 2013. Penelitian oleh negara lain juga memperkirakan terjadi pada pertengahan 2013,” kata Clara yang juga sebagai Peneliti Bidang Matahari dan Antariksa Lapan.
Lapan menjelaskan badai matahari akan mundur pada 2013 karena hingga saat ini belum menemukan tanda-tanda adanya aktivitas matahari yang ekstrim sebagai puncak siklus.
Siklus matahari terjadi rata-rata sekitar 11 tahun. Siklus ini menunjukkan adanya masa awal, puncak dan akhir siklus. Saat ini, matahari sedang mengalami siklus ke-24. Saat, puncak aktivitas matahari terjadi ledakan besar di matahari.
“Ini tentu mempengaruhi kondisi cuaca antarika, termasuk menyebabkan gangguan di Bumi,” kata Clara.
Efek akibat aktivitas puncak matahari ini menyebabkan terjadinya perubahan iklim. Suhu bumi akan meningkat dan iklim berubah. Partikel-partikel matahari yang menembus lapisan atmosfer bumi akan mempengaruhi cuaca dan iklim bumi. Dampak yang paling ekstrim menyebabkan kemarau panjang. “Ini yang masih dikaji para peneliti,” ujar Clara.

sumber : http://id.news.yahoo.com/dtik/20100309/tid-kiamat-bukan-2012-tapi2013-b1ae096.html

10 Jenis Terapi Autisme

Posted On Maret 10, 2010

Disimpan dalam Psikologi Anak Khusus

Comments Dropped leave a response

Akhir-akhir ini bermunculan berbagai cara / obat / suplemen yang ditawarkan dengan iming-iming bisa menyembuhkan autisme. Kadang-kadang secara gencar dipromosikan oleh si penjual, ada pula cara-cara mengiklankan diri di televisi / radio / tulisan-tulisan.

Para orang tua harus hati-hati dan jangan sembarangan membiarkan anaknya sebagai kelinci percobaan. Sayangnya masih banyak yang terkecoh , dan setelah mengeluarkan banyak uang menjadi kecewa oleh karena hasil yang diharapkan tidak tercapai.
Dibawah ini ada 10 jenis terapi yang benar-benar diakui oleh para professional dan memang bagus untuk autisme. Namun, jangan lupa bahwa Gangguan Spectrum Autisme adalah suatu gangguan proses perkembangan, sehingga terapi jenis apapun yang dilakukan akan memerlukan waktu yang lama. Kecuali itu, terapi harus dilakukan secara terpadu dan setiap anak membutuhkan jenis terapi yang berbeda.

1) Applied Behavioral Analysis (ABA)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia.

2) Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang.
Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain.

Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.

3) Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot -otot halusnya dengan benar.

4) Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya.

Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.

5) Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang komunikasi dan interaksi . Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang terqapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara2nya.

6) Terapi Bermain
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik-teknik tertentu.

7) Terapi Perilaku.
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya,

8) Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.

9) Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode …………. Dan PECS ( Picture Exchange Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi.

10) Terapi Biomedik
Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN! (Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan. Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).

sumber : http://www.autis.info/index.php/terapi-autisme/10-jenis-terapi-autisme

« Laman SebelumnyaLaman Berikutnya »